Me, My Self, and I

Wednesday, August 6, 2014

Keretaku Sedang Mogok

Dalam perjalanan pulang dari Balige ke Pekanbaru, seperti biasa aku dan Tobias, keponakanku, kebagian tempat di bagasi mobil. Bagasi Terrano Pop dilapisi kasur gulung, di mana aku dan Tobias bisa menggulung badan sedemikian rupa agar muat untuk tidur. Sebagian barang diletakkan di sisi kanan, lalu diatasnya diletakkan bantal untuk alas kepala. Di sisi kiri, sebagian barang diletakkan dan kami bebas menumpangkan kaki-kaki kami di atasnya.

Sudah duapertiga perjalanan kami lewati. Malam sudah turun dari tadi. Mobil tampak gelap. Sesekali sinar dari lampu jalan dan lampu toko menerangi wajahku.

Tobias sudah tidur dari tadi. Tangannya diletakkan di atas perutku. Seperti biasa, merasa aman dan nyaman. Aku justru tidak bisa tidur.

Memikirkan Ompung Doli yang sudah tidak ada. Membayangkan hidupku setelah aku kembali ke Jakarta nanti. Mencemaskan adikku yang sudah berbulan-bulan masih terus menanti pekerjaan yang tepat. Mereka-reka kehidupan abangku bersama istri dan kedua anak mereka.

Sudah sebulan lebih aku melepaskan pekerjaanku yang terakhir. Walaupun mencemaskan isi tabungan yang semakin lama berkurang, belum ada semangat untuk berusaha mencari pekerjaan baru mati-matian.

Banyak mimpi yang mengantri untuk diwujudkan. Tapi belum ada semangat untuk memulainya. Terkadang aku merasa ingin meninggalkan keluargaku dan berkelana. Seperti momen 'me against the world', begitu.

Takut? Tentu. Manusiawi kan? Meninggalkan zona nyamanku dan melangkah ke zona yang sama sekali baru dan tidak dapat diprediksi.

Kuatir? Pasti. Wajar kan? Harus tinggal di mana, baiknya makan apa, mesti mengerjakan apa, bagusnya hidup dengan siapa.

Hmm... Sudah seringkali aku memikirkan hal-hal ini. Tapi belum ada keberanian untuk mengambil langkah. Pengecut? Mungkin. Tapi, tidak apalah. Sebut saja aku pengecut sesukamu. Tertawai aku seenakmu.

Tapi perjalananku masih dengan tiket yang sama. Masih dengan kereta yang sama. Mungkin nanti, aku akan membeli tiket yang baru. Dengan kapal. Atau pesawat. Atau bus. Atau berjalan kaki saja. Nantilah. Nanti saja. Keretaku sedang mogok. Montir sedang memperbaikinya. Aku akan menunggu sebentar lagi. Aku mau lihat tiket tanpa tujuan yang sudah kubeli ini akan membawaku ke mana. Ya, tunggu saja.

No comments:

Post a Comment