Me, My Self, and I

Tuesday, July 15, 2014

Terima Kasih, Sahabat

Setelah menumpang selama 2 minggu penuh, akhirnya aku meninggalkan rumah Boyyan dan hijrah ke tempatku sendiri. Hijrah sementara, karena 90% harta bendaku masih kutinggal di rumah Boyyan. Ke tempat sementara, karena aku tidak punya rencana sama sekali sampai kapan aku menempatinya.

Hidupku tidak pernah kurencanakan. Bagaimana caraku menjalani hidup pun tidak pernah berdasarkan rencana. Aku pernah beberapa kali membuat sesuatu yang kusebut Rencana Hidup: Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Tetapi yang kujalani selalu melenceng dari yang sudah kurencanakan. Aku berhenti membuat rencana dan menyatakan perang terhadap yang namanya rencana masa depan.

Aku mencintai kehidupan sebesar aku mencintai kematian. Aku ingin mengisi kehidupanku dengan hal-hal kecil dan besar yang bermakna. Bukan karena aku ingin dunia mengingatku setelah aku tiada. Tetapi supaya aku tidak punya penyesalan dalam hidupku.

Saat aku mati nanti, aku ingin dikremasi. Bukan karena aku tidak ingin diingat dunia setelah aku tiada. Tetapi aku ingin dunia mengingatku saat aku hidup, jadi tiada makam pun tidak akan masalah.

Aku sudah memberi tahu Boyyan beberapa hari lalu bahwa aku akan pergi di hari Senin. Tapi nyatanya, aku baru mengangkat pantatku dari rumah itu hari ini. Sudah kukatakan tadi kan, aku ini selalu membelok dari rencana yang sudah kubuat sendiri.

Boyyan sendiri sudah paham betul. Aku ini prokrastinator. Impulsif pula. Entah di sebelah mana tengkoraknya dia simpan kecerdasannya. Entah di sebelah mana hatinya pula dia simpan kesabarannya.

Sulit kukatakan betapa aku menyusahkannya selama ini. Kalaupun dia kesal dan muak, dia tidak menunjukkannya. Kejujuran selalu tersampaikan. Tetapi rasa tidak selalu bisa dipahami. Apa yang bisa kukatakan untuk semua yang sudah dia lakukan untukku, sengaja atau tidak, hanya, "Terima kasih, Sahabat."