Me, My Self, and I

Tuesday, August 28, 2012

Mantik

Pride.

Seseorang pernah kudengar berkata, "Kau boleh ambil semua yang kumiliki, except my pride. Biarkan aku memilikinya, karena cuma itu yang bisa kujaga atas pertaruhan apa pun."


Ketika itu, aku hanya tersenyum. Temanku itu menikah dengan seorang pria karena orangtuanya berhutang cukup banyak pada keluarga suaminya. Walaupun sulit membayangkan kisah Siti Nurbaya di zaman modern ini, kisah temanku sangat nyata kupahami. Kata-kata di atas keluar dari mulut temanku saat sang suami suatu hari memaksanya berhubungan intim ketika ia tengah haid pertama setelah melahirkan anak keduanya.

Ompung boru, nenekku dari pihak Mom, sering mengatakan, "Mantik di sana, lebih mantik di sini!" (mantik bisa diartikan sok, sombong, yah semacamnya-lah!).


Baru-baru ini, dalam acara pemakaman ompung boru, abangku menyinggung kata-kata itu dalam sambutannya. "Perempuan memang harus mantik, harus punya harga diri. Jangan mau direndahkan oleh siapa pun, apalagi lelaki."

Aku sendiri tidak pernah menganggap 'sombong' dapat mengartikan diriku. Belum ada yang pernah menyebutku sombong, kecuali saat ingin mengeluhkan betapa sulitnya berkomunikasi atau bertemu denganku. Tidak ada yang bisa kusombongkan, walaupun aku bisa membuat daftar hal-hal yang kubanggakan.

Namun, saat seseorang merendahkan atau meremehkan diriku, sungguh sangat tidak tahan rasanya mengekang lidah untuk menyombong. Saat ada orang yang mencoba mendefinisikan aku dengan omong kosong yang cuma dikarangnya di dalam kepala, sungguh sangat sulit rasanya menahan kepalan untuk menjotos.

Pride. Harga diri. Sombong. Mantik.


Ah, terserahlah! Yang jelas, aku yang paling tahu bagaimana diriku. Walaupun kadang aku membutuhkan orang lain untuk lebih mengenali diri. Orang lain, sebagai cermin. Ya, cuma cermin. Sombong? Mungkin saja. Mantik? Biar saja. Itu hanya salah satu dari bagian harga diriku kok!

No comments:

Post a Comment