Me, My Self, and I

Tuesday, August 21, 2012

Aku dan Willie Nelson

Satu minggu ini, aku selalu terngiang sama suara Willie Nelson yang menyanyikan "Always On My Mind". Lagi mandi, lagi makan, lagi baca buku, lagi menghajar senar gitar, ituuuu terus yang terngiang. Seakan MP3 playerku memainkan lagu itu play one tanpa henti lewat speaker di seluruh sudut rumah.

Tiba-tiba jadi ingat masa lalu.

Waktu masih kelas VI SD, aku dapat hadiah sebuah kaset berisi lagu-lagu country lewat sebuah perlombaan di Sekolah Minggu. Salah satu lagunya, ya lagu si Willie Nelson ini. Memang kasetnya sendiri sudah tidak ketahuan lagi rimbanya, tapi aku masih ingat lagu tersebut ada di Side A, lagu kedua terakhir.

Ketika akhirnya berpacaran pertama kali (tsaaahh!) sewaktu kelas III SMP, lagu ini belum menjadi istimewa. Aku sedang tergila-gila pada Guns 'n Roses, terutama pada "November Rain"-nya (sampai sekarang pun aku masih tergila-gila pada mereka). Aku masih termehek-mehek tiap mendengar lagu-lagu Reba McIntyre dan Garth Brooks.

Masuk SMU (pada zamanku, lanjutan SMP kembali menjadi SMU dan sistem semester kembali menjadi caturwulan), aku naksir berat pada seorang cowok berandal yang cerdas selama 3 tahun sampai akhirnya berhasil memacarinya hanya selama 49 hari! Jiaaahh....!! Selama penantian itulah, rasanya suara Willie Nelson terdengar lebih seksi dan menggetarkan hati dan lirik lagunya lebih bermakna seakan-akan menjadi soundtrack film kehidupanku.

Bertahun-tahun setelah itu, bahkan setelah kami putus dan berjalan masing-masing dengan orang yang lain, lagu itu masih terasa istimewa.

Tiga tahun sudah. Lagu itu hampir tidak pernah kudengar lagi. Versi Elvis Presley menyanyikan lagu tersebut masih kusimpan dalam handphone-ku. Sesekali aku masih mendengarnya. Tapi suara Elvis yang tidak ada duanya tidak mengirimkan getaran apa pun pada hatiku. Entah kenapa, pesona lagu itu seperti hilang dari kehidupanku. Dalam susah, senang, sedih, bahagia....seakan lagu itu tidak muncul dalam ingatan.

Dan tiba-tiba....Willie Nelson datang lagi. Kali ini dalam versi MPEG-4 yang ku-download dari YouTube. Dengan suara seksi dan menggetarkan hatinya. Tidak sebagus Josh Groban atau seseksi Rod Steward memang, tapi kembali membuatku berdebar-debar.

Aku merindukan seseorang. Bukan, bukan si cowok berandal yang cerdas. Dia sudah menikah sekarang, dan sangat tidak pantas merindukannya. Oke, aku merindukan kenangan kami, tapi tidak merindukannya. Bagaimana pun, kenangan bersamanya yang menguatkanku saat-saat bergumul dengan masa remaja dan masa kuliah.

Bukan pula si pacar 6 tahun-ku yang kutinggal begitu saja karena aku melarikan diri ke Malaysia. Seorang sahabat mengatakan dia masih mengharapkanku dan tidak mau menjalin hubungan dengan perempuan lain. (Oh, Tuhan, kirimkan perempuan yang tepat untuknya!). Oke, aku mengenang hal-hal indah yang pernah terjadi di antara kami, tapi tidak mengenangnya.

Aku merindukan seseorang. Sosoknya tidak jelas. Dan semakin tidak jelas tiap kali aku mencoba merangkai raut wajahnya. Aku tidak tahu apakah aku memang mengenalnya. Apakah aku pernah mencintainya? Kalau iya, apakah aku masih mencintainya sekarang? Kalau iya, kenapa sosoknya makin lama makin tidak jelas?

Pagi ini, Willie Nelson berbicara lagi lewat "Always On My Mind" di headphone MP5-ku. Entah kenapa, ada hubungan khusus antara aku dengan suara Willie Nelson. Rasanya, lagu Willie Nelson yang kutahu cuma yang satu ini. Tapi hatiku berdebar. Bahkan tanganku gemetar. Kucoba mencari sosok yang kurindukan melalui visualisasi dalam benakku. Wajahnya kini tertutup kabut, yang semakin lama semakin tebal. Seandainya saja matahari datang menghalau kabut itu turun.

No comments:

Post a Comment