Me, My Self, and I

Saturday, August 25, 2012

Aku dan Lia Lopez: Summa Cum Laude

Salah satu sahabatku, Lia Lopez, suka sekali bercerita. Kalau bercerita, topiknya bisa berganti haluan tiap dua menit. Bahkan ia sangat jarang memberi jeda di antara dua topik yang berbeda. Seakan-akan dia tidak perlu bernapas saat bercerita.

Suatu waktu, entah sedang bercerita tentang apa, tiba-tiba aku bertanya, "IPK-mu waktu lulus S2 berapa?"

"3.8," katanya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Anjriiit....! Padahal kau waktu ambil S2 sambil kerja ya?" Dia bekerja sebagai English teacher di sebuah SMP. "IPK S1 berapa?"

"4.00," katanya lagi.

Aku sempat melongo untuk beberapa detik. "Kau lulus 3.5 tahun dengan summa cum laude?"

Dia tertawa kecil. "Biasa aja lagi, Bee. Lagian, waktu itu, permasalahan HKBP pas lagi puncak-puncaknya. Bapakku (pendeta, red) digaji-nggak digaji. Mamaku sudah nggak kerja. Aku anak paling besar. Harus cepat lulus dan bekerja kan?"

Tetap saja, lulus strata satu selama 3.5 tahun dengan predikat summa cum laude, rasanya ajaib sekali! Apalagi bagiku, yang lulus enam tahun hanya dengan IPK cukup makan.

"Cuma UNRI, Bee. Malah buat aku, kuliah di UI kayak kau tuh cuma bisa dimimpiin. Bahkan buat mimpi aja, aku ga berani. Levelnya di atas kemampuanku banget."

Tetap saja, lulus dengan transkrip nilai yang isinya A semua, rasanya menakjubkan sekali! Apalagi bagiku, yang dapat C saja sudah sangat bersyukur.

Predikat cum laude, atau bahkan summa cum laude? Memimpikannya saja aku tidak berani!

No comments:

Post a Comment