Me, My Self, and I

Monday, February 11, 2008

FabulasPraeteriti: Penghinaan Terhadap Indonesia?

"Dari Indon ya?"
"Ooh....orang Indon...."
"Kalau di Indon....bla....bla....bla...."
"Di Indon di mana?  Jakarta? Bandung?"

Kata "Indon" sering sekali dipakai oleh orang Malaysia (baca: Melayu) untuk mempersingkat kata "Indonesia".  Beberapa orang yang aku tanya, mengaku "indon" itu sekedar singkatan kata dari "Indonesia".

Tapi, orang Indonesia, khususnya pelajar, yang tinggal di Malaysia selalu marah bila disebut seperti ini.  Ada yang bilang arti "indon" dalam bahasa Melayu Malaysia "budak".  Ada yang bilang artinya "buah zakar".  Ada lagi arti yang lainnya.  Dan semua sepakat bahwa penyebutan kata "indon" untuk "Indonesia" adalah sebuah penghinaan.

Aku tidak pernah keberatan disebut "Indon".  Seperti aku tidak pernah keberatan disebut "preman", atau "Batak gila", atau "ratu iblis", atau apalah....  Nasionalismeku tidak bisa dinilai dari kata "indon" atau apa pun sebutan orang Malaysia bagi orang Indonesia.  Nasionalismeku juga tidak bisa diukur dari jarangnya aku mengikuti upacara bendera 17 Agustus.  Juga tidak bisa diukur dari aktif-tidaknya aku di organisasi pelajar Indonesia.  Apalagi diukur dari banyaknya asesoris ke-Indonesia-an yang biasanya dipajang pelajar-pelajar di kamar kosnya.  Aku bahkan memajang bendera Malaysia yang kucuri dari kampus.  Kucuri?  Yah....kucuri....hehehehehehe....

Aku hafal lagu kebangsaan "Indonesia Raya" (kalian tahu tidak, banyak sekali orang Indonesia yang tidak hafal lirik dan nada lagu ini?).  Aku selalu menceritakan bagusnya Indonesia pada orang luar (sedangkan banyak pelajar yang menceritakan penderitaan Indonesia bahkan di dalam kelas, seakan-akan riwayat Indonesia akan segera tamat), walaupun di antara pelajar Indonesia aku selalu mengatakan betapa bosannya aku tinggal di Indonesia.  Aku sangat menikmati lagu "Syukur" dan sangat meresapi makna lagu "Mengheningkan Cipta".

Terserah orang mau bilang "Indon", entah apa pun artinya itu.  Aku orang Indonesia dan tidak ada yang bisa mengambil esensi itu dari diriku, karena aku tidak akan mengizinkannya diambil.  Seperti kata Bang God, "Air mungkin bisa lebih kental dari darah, tapi pasti darah akan selalu lebih merah...."  Itu dia, darahku darah Indonesia, bahkan ketika isi perutku penuh dengan nasi lemak Melayu, kari India, dan kwe tiau Cina....

Wuaaaaaaaaaaaaaaaaaa....





Dipindah dan diedit ulang dari sini...

No comments:

Post a Comment